This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 03 Oktober 2016

KEROKAN BERBAHAYA??? SOo TAU LU

Image result for kerokan




Banyak sekali artikel yang menyebutkan bahwa kerokan bukanlah solusi yang tepat untuk meredakan masuk angin. Kerokan dinilai akan memperparah kondisi seseorang karena merusak kulit epidermis (kulit air) dan memperbesar pori-pori yang akhirnya malah mempermudah masuk angin terasa kembali.
Sebenarnya, masuk angin sendiri tidak dikenal dalam dunia kedokteran. Istilah masuk angin sendiri merujuk pada kondisi perut kembung, kepala pusing, demam ringan dan nyeri otot. Dengan kata lain, masuk angin bukan penyakit yang disebabkan karena tubuh kemasukan angin.
Menanggapi fenomena kerokan ini, Seorang Guru Besar dari Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Profesor Didik Gunawan Tamtomo melakukan penelitian yang dilakukan sejak 2003 -2005.
Penelitian ini melibatkan 390 responden yang berusia 40 tahun ke atas. Dari hasil kuisioner yang dibagikan, sebanyak 90 persen responden mengatakan bahwa memilih untuk kerokan saat mengalami gejala masuk angin. Mereka menggunakan koin atau alat pipih lainnya yang kemudian digosokan secara berulang-ulang pada kulit punggung yang sbelumnya dibalur minyak.
Ada beberapa poin mencengangkan dari penelitian yang dilakukan oleh profesor Didik ini. Tentunya ketiga hal tersebut mematahkan pendapat yang menyebutkan bahwa kerokan dapat merusak jaringan kulit dan tidak memberikan penyembuhan. Berikut penjelasannya.

Kerokan tidak merusak kulit epidermis
Dalam tahap penelitiannya, Profesor Didik meneliti jaringan kulit epidermis (kulit ari) dari kulit yang sudah dikerok. Ia mengerok tangannya sendiri kemudian dibiopsi untuk pemeriksaan mikroskopis.
Setelah melakukan penelitian, ia menemukan bahwa tidak ada kulit yang rusak atau pembuluh darah yang pecah dari kulit yang telah dikerok tersebut.
“Hasil pemeriksaan di laboratorium patalogi anatomi UNS menunjukkan tidak ada kulit yang rusak ataupun pembuluh darah yang pecah, tetapi pembuluh darah hanya melebar.” ungkapnya.
Didik juga mengatakan bahwa melebarnya pembuluh darah ini bukanlah sebuah hal yang buruk, melainkan membuat aliran darah menjadi lancar dan pasokan oksigen dalam darah bertambah. Kulit mati pun ikut terangkat sama halnya ketika melakukan luluran.

Meningkatkan hormon kebahagiaan
Tahap akhir dari penelitian ini adalah pemeriksaan darah dari orang yang kerokan dan tidak. Dengan mengumpukan sejumlah orang dengan kondisi yang hampir sama seperti berat badan, usia dan sedang mengalami nyeri otot sebagai salah satu indikasi masuk angin. Dalam tahap ini, Didik memilih responden wanita dikarenakan mereka lebih suka dikerok dibandingkan laki-laki.
Responden tersebut dibagi mejdai dua kelompok dan menjalani pemeriksaan darah. Salah satu kelompok kemudian dikerok dan satunya lagi tidak. Setelah itu, mereka menjalani pemeriksaan darah kembali untuk melihat perubahan dari endorfin (hormon kebahagiaan), prostaglandin, interleukin, dan komplemen c1 dan c3.
Hasil pemeriksaan dari ternyata ditemukan bahwa orang yang dikerok mengalami kadar endorfin yang meningkat. Hormon ini membuat mereka merasa nyaman, segar, rasa sakit mengilang, lebih bersemangat serta lebih bahagia.

Hormon Prostaglandin menurun
Hormon ini merupakan senyawa asam lemak yang antara lain berfungsi menstimulasi kontraksi rahim dan otot polos lain. Selain itu,  prostaglandin pun mampu mempengaruhi penurunan tekanan darah, mengatur sekresi asam lambung, suhu tubuh dan mempengaruhi kerja sejumlah hormon.
Kenaikan prostaglandin akan membuat otot terasan nyeri, sebaliknya penurunan hormon ini akan menyembuhkan nyeri otot tersebut. http://www.dailymoslem.com/news/kerokan-berbahaya-penelitian-profesor-didik-ini-mengatakan-sebaliknya

Saran Profesor Didik
Setelah melakukan penelitian ini, Didik menyarankan untuk melakukan kerokan mulai dari atas kebawah di sisi kiri dan kanan tulang belakang. Setelah itu baru melanjutkan dengan garing menyamping di bagian kiri dan kanan punggung.
Adapun alat pengerok seperti koin tumpul atau benda tumpul lainnya dipengang 45 derajat. Hal ini dilakukan agar kulit tidak terlalu sakit saat digosok.
Didik juga mengatakan bahwa ada satu unsur yang sangat mendukung pengobatan dengan teknik kerokan yaitu adanya ikatan emosional antara orang yang mengerok dan dikerok.

Sabtu, 01 Oktober 2016

WISATA BANTEN KERATON SUROSOWAN


Keraton Surosowan Banten merupakan keraton peninggalan zaman Kerajaan Banten di masa kejayaannya. Keraton tersebut dibangun sekitar 1522-1526 di masa pemerintahan Maulana Hasanuddin yang lebih dikenal dalam catatan sejarah sebagai pendiri dari Kesultanan Banten. Di era selanjutanya, Keraton tersebut mengalami perubahan yang melibatkan salah seorang arsitek yang bernama Hendrik Licasz Cardeel yang berasal dari negara Kincir Angin, Belanda untuk ikut andil mendesain keraton. Konon, arsitek yang membantu meningkatkan bangunan Keraton Surosowan tersebut kemudian memeluk agama Islam dan lebih dikenal dengan sebutan Wiraguna.


Arsitektur Keraton Surosowan Banten ini dapat dilihat keunikannya dengan adanya benteng kokoh dengan tinggi sekitar 2 meter dan lebar 5 meter yang mengitari keraton. Keraton Surosowan juga memilki 3 gerbang masuk yang masing-masing terletak di bagian sisi utara, timur, dan selatan Keraton. Tetapi, pintu di bagian selatan ditutup permanen dengan alasan yang sampai saat ini masih belum diketahui. Di bagian tengah-tengah keraton terdapat sebuah kolam dengan beberapa ruang pemandian yang dapat ditemukan di lingkungan keraton.


Kolam taman yang terletak di dalam keraton ini dinamakan dengan “Bale Kambang Rara Denok”. Terdapat pancuran untuk pemandian yang disebut dengan Pancuran Mas. Kolam Rara Denok adalah tempat pemandian berbentuk kolam persegi empat dengan panjang 30 meter dan lebar 30 meter, sedangkan kedalaman kolam tersebut berkisar 4,5 meter. Air untuk kolam tersebut didapatkan dari sumber air yang berjarak kurang lebih 2 kilometer dari Surosowan yang berbentuk sumur dan danau. Danau tersebut lebih dikenal oleh masayarakat setempat dengan sebutan Danau Tasikardi.




Keraton Surosowan Banten ini secara lengkapnya terletak di kota Serang, Banten. Lebih tepatnya di Desa Banten, Kecamatan Kasemen di kawasan Banten Kuno atau Banten Lama. Kini, keberadaan Keraton Surosowan menjadi saksi bisu dari masa kejayaan Kesultanan Banten yang bersisa puing-puing batu yang berserakan dan beberapa bagian keraton yang masih utuh sampai saat ini.



Keraton ini dulunya merupakan tempat tinggal raja berserta keluarganya. Layaknya keraton-keraton yang ada di Jawa, Keraton Surosowan juga berfungsi sebagai tempat tinggal raja, selain itu juga berfungsi sebagai pusat kerajan dalam menjalankan segala bentuk aktivitas kerajaan dan pemerintahan. Semua itu dapat dilihat dan ditemukan dari artefak yang masih ada, yakni alun-alun di sebelah Masjid Agung di bagian barat serta pasar dan pelabuhan di sisi utara dan timur keraton.


Keraton ini mengalami kehancuran pada tahun 1680-an yang disebabkan oleh serangan Belanda. Pembangunan Keraton Surosowan kemudian dilakukan kembali dengan perbaikan sana-sini mesikup pada akhirnya harus mengalami kehancuran kembali akibat serangan Belanda pada tahun 1813, yakni ketika Daen Dels menjabat sebagai gubernur. Pada saat itu, Daen Dels meminta Kesultanan untuk memperpanjang proyek Anyer Panarukan.
Namun, permintaan tersebut ditolah oleh pihak Kesultanan Banten dengan cara yang cukup kasar, yakni pemenggalan kepala Du Puy selaku utusan Daen Dels dalam memohon perpanjangan proyek tersebut. Hal tersebut membuat Daen Dels marah dan kemudian menyerang Keraton Surosowan serta Keratin Kaibon sebagai bentuk kemarahannya. Itulah sebabnya, yang tertinggal di Keraton Surosowan ini hanyalah puing-puing yang berserakan saja.

WISATA BANTEN KERATON KAIBON


Kawasan Banten Lama di Kabupaten Serang memiliki banyak peninggalan bersejarah, salah satunya adalah Keraton Kaibon yang terletak di Kampung Kroya, Kasunyatan, Kecamatan Kasemen. Tempat ini dijadikan sebagai salah satu bangunan cagar budaya Provinsi Banten dengan histori berupa kejayaan Kerajaan Banten Lama.


Tidak semua orang mengetahui bahwa terdapat Keraton Kaibon Banten dalam sejarah Banten. Secara etimologis, nama Kaibon diambil dari kata ‘kaibon’ yang berarti ‘keibuan’. Keraton ini dibangun secara khusus untuk ibu dari Sultan Syaifuddin, yakni Rati Aisyah yang pada saat itu dianggap sebagai pengawas bagi Sultan Syaifuddin yang

masih sangat muda dalam memegang tampuk pemerintahan (yakni di usia 5 tahun).
Keraton Kaibon Banten ini mengalami kehancuran di bawah pemerintahan Belanda pada tahun 1832, yakni bersamaan dengan runtuhnya Keraton Surosowan. Hal ini dipicu oleh utusan Gubernur Jenderal Daen Dels yang bernama Du Puy untuk meminta perpanjangan proyek pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan kepada Sultan Syaifuddin. Akan tetapi, Sultan Syaifuddin menolak hal tersebut dan memutuskan untuk memancung kepala Du Puy serta menyerahkannya kepada Gubernur Daen Dels. Melihat hal tersebut, Daen Dels merasa marah dan berniat untuk menghancurkan Keraton Kaibon.

Meskipun begitu, penghancuran yang dilakukan terhadap Keraton Kaibon berbeda dengan hancurnya Keraton Surosowan karena di Keraton Kaibon masih tersisa gerbang dan pintu-pintu besar yang berada di dalam kompleks istana. Hal inilah yang kemudian dijadikan sebagai objek wisata sejarah yang bisa dilihat oleh para pengunjung Keraton Kaibon. Di dalam Keraton ini masih terbentuk pintu berukuran besar khas Bugis yang dinamakan Pintu Paduraksa. Deretan candi khas Banten pun masih terlihat di daerah ini.

Keraton Kaibon ini dibangun dengan menghadap ke barat dan terdapat kanal di bagian depannya. Kanal inilah yang berfungsi sebagai media transportasi yang menghubungkan Keraton Kaibon dengan Keraton Surosowan. Pada bagian depan Keraton, terdapat lima pintu yang bermakna jumlah shalat dalam satu hari. Gerbang tersebut memiliki cirikhas arsitektur Jawa dan Bali sehingga disebut juga gerbang bersayap. Ruang utama Keraton merupakan ruangan kamar tidur Ratu Aisyah yang dibangun dengan menjorok ke tanah dan dilengkapi pula dengan pendingin ruangan. Pendingin ruangan tersebut bekerja dengan cara mengalirkan air di dalamnya dan pada bagian atasnya diberi balok kayu sebagai dasar lantai.

Keraton Kaibon Banten ini memang memiliki arsitektur yang terbilang unik dan modern untuk zaman dulu karena sekeliling keraton terdapat saluran air yang membuat kita melihat seolah-olah keraton ini dibangun di atas air. Keraton ini juga memiliki nilai-nilai keislaman yang tinggi, terutama pada saat terlihat jelas bangunan berupa masjid yang terletak di sisi kanan gerbang. Pilarnya yang masih utuh serta mimbar yang masih berdiri kokoh di dalamnya memperlihatkan bahwa Kesultanan Banten pada Keraton Kaibon ini memang bernafaskan budaya dan agama Islam.